Ronny Pasla kiper Indonesia (PSSI) legendaris kelahiran Medan, 15 April 1947. Dia berkiprah sebagai kiper tim nasional Indonesia tahun 1966 sampai 1985. Peraih Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972) dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974), itu memulai karir sepak bolanya dari Medan.
Sebenarnya, Ronny lebih awal meminati olahraga tennis sampai sempat meraih juara pada Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967. Namun ayahnya, Felix Pasla menyarankannya ke sepakbola. Jadilah dia andalan di klub Dinamo, Medan, Bintang Utara, Medan dan PSMS Medan. Kemudian hijrah ke Persija Jakarta dan Indonesia Muda, Jakarta. Selama berkiprah di PSMS, Ronny dan rakan-rekannya meraih prestasi sebagai Juara Piala Suratin (1967) dan Juara Nasional (1967).
Kiprahnya sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia (PSSI) juga meraih prestasi sebagai Juara Piala Agakhan di Bangladesh (1967), Juara Merdeka Games (1967), Peringkat III Saigon Cup (1970) dan Juara Pesta Sukan Singapura (1972).
Atas prestasinya yang gemilang sebagai kipper PSMS, Ronny berdarah Manado yang dijuluki Macan Tutul bertinggi badan 183 cm itu mendapat penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967). Kiprahnya di sepakbola dan Timnas PSSI sebagai kiper andalan sejak 1966 hingga pensiun 1985 dalam usia 38 tahun dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).
Selama karir sebagai kiper tentu banyak pengalaman Ronny yang amat berkesan. Salah satu di antaranya, tatkala Timnas Brazil yang diperkuat pesepak bola legendaris Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 1972. Dalam laga Timnas Indonesia dan Brazil itu Ronny berhasil menahan eksekusi penalti Pele, kendati Indonesia akhirnya kalah 1-2.
Setelah pensiun dari dunia sepak bola pada usia 40 tahun di Indonesia Muda (IM), Jakarta, Ronny lebih banyak menggumuli olahraga tennis lapangan sebagai pelatih. Bahkan dia memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
Kiprahnya sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia (PSSI) juga meraih prestasi sebagai Juara Piala Agakhan di Bangladesh (1967), Juara Merdeka Games (1967), Peringkat III Saigon Cup (1970) dan Juara Pesta Sukan Singapura (1972).
Atas prestasinya yang gemilang sebagai kipper PSMS, Ronny berdarah Manado yang dijuluki Macan Tutul bertinggi badan 183 cm itu mendapat penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967). Kiprahnya di sepakbola dan Timnas PSSI sebagai kiper andalan sejak 1966 hingga pensiun 1985 dalam usia 38 tahun dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).
Selama karir sebagai kiper tentu banyak pengalaman Ronny yang amat berkesan. Salah satu di antaranya, tatkala Timnas Brazil yang diperkuat pesepak bola legendaris Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 1972. Dalam laga Timnas Indonesia dan Brazil itu Ronny berhasil menahan eksekusi penalti Pele, kendati Indonesia akhirnya kalah 1-2.
Setelah pensiun dari dunia sepak bola pada usia 40 tahun di Indonesia Muda (IM), Jakarta, Ronny lebih banyak menggumuli olahraga tennis lapangan sebagai pelatih. Bahkan dia memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
Tambahan
Indonesia memiliki sejumlah penjaga gawang berbakat dengan torehan prestasi internasional. Berikut 5 kiper legendaris Tim Merah-Putih menurut pandangan Wirawiri.net:
Indonesia memiliki sejumlah penjaga gawang berbakat dengan torehan prestasi internasional. Berikut 5 kiper legendaris Tim Merah-Putih menurut pandangan Wirawiri.net:
1. Maulwi Saelan
Maulwi Saelan, sejarah tampil di Olimpiade.
Kala itu aturannya jika pertandingan berakhir seri maka pertandingan harus diulang sehari sesudahnya. Pada laga ulangan Indonesia menyerah 0-4. Selain, menjadi pemain timnas, Maulwi juga sempat menjadi Ketua Umum PSSI periode tahun 1964-1968.
2. Ronny Pasla
Ronny Paslah, tahan tendangan penalti Pele.
Saat Timnas Brasil melakoni tur ke Asia pada 1972, Tim Samba yang saat itu diperkuat pesepak bola legendaris dunia Pele singgah ke Indonesia. Dalam laga persahabatan tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele. Prestasi yang dicetak Ronny di timnas: juara Piala Agakhan di Bangladesh (1967), juara Merdeka Games (1967), peringkat III Saigon Cup (1970), serta kampiun Pesta Sukan Singapura (1972).
3. Yudo Hadianto
Yudo Hadianto, pengalaman jajal klub-klub elite dunia.
Yudo adalah salah satu penjaga gawang legendaris yang dimiliki negeri ini. Pecinta sepakbola pada 1960 hingga 1970-an pasti mengenal sosok kerempeng khas Yudo. Saat masih berjaya, Yudo dikenal sebagai penjaga gawang yang tenang tapi tetap tangkas menyambut datangnya bola.
Kiprah bersama UMS pula yang membawa Yudo masuk skuad Merah Putih. Kala itu, pelatih asing Tony Pogacnik yang menangangi timnas PSSI memanggil Yudo untuk masuk timnas yunior pada 1961. Yudo pun tampil di Kejuaraan yunior Asia. Selanjutnya, status kiper timnas selalu di sandang Yudo. Ia tampil menjaga gawang timnas pada sederet ajang internasional. Seperti misalnya juara Merdeka Games (1962, 1969, 1974), King’s Cup Thailand (1978), Aga Khan Cup Bangladesh (1978).
4. Eddy Harto
Eddy Harto adalah kunci kemenangan Tim Merah-Putih di SEA Games 1991. Eddy pula yang membuat hati para pemain Indonesia, di antaranya Maman Suryaman, Widodo C. Putro, Ferril Raymond Hattu, Robby Darwis, Aji Santoso, dan Bambang Nurdiansyah, berbunga-bunga karena menjadi pahlawan di saat adu penalti.
Sebelum meraih medali emas, Eddy Harto dkk. melibas Malaysia 2-0, menyikat Vietnam 1-0, menang atas Filipina 2-1, menyingkirkan Singapura 4-2 di semifinal (diperkuat David Lee dan Fandy Ahmad) melalui babak adu penalti, dan mempermalukan Thailand 4-3 di final (diperkuat Natee Thongsookkaew dan Worawoot Srimaka) juga melalui babak adu penalti.
5. Hermansyah
Hermansyah, bakat diasah Barbatana.
Saat Hermansyah menjadi kiper utama timnas, Indonesia nyaris bisa berlaga di Piala Dunia 1986 Meksiko. Sayang, di partai penentuan babak akhir kualifikasi, Indonesia yang menjadi juara grup 3 B kalah dari Korsel yang juara grup 3 A. Bermain di Jakarta Timnas Merah Putih kalah 1-3 dan saat melawat ke Korsel Indonesia kalah 2-0.
Hermansyah membela klub Mastrans Bandung Raya, dan ikut memberikan gelar juara Liga Dunhill 1995 bagi klubnya. dikenal sebagai kiper tangguh, dan spesialis pemblok penalti. Soal urusan penalti Hermansyah sempat dilatih oleh pelatih kiper legendaris asal Brasil, Barbatana.