Kamis, 30 September 2010
Foto Unik Para Tokoh Utama Dunia Yang Matanya Nakal Pada Cewek
Pangeran Charles tersipu sipu melihat bagian bagian indah dari tubuh penari wanita itu
Pangeran Charles tersipu sipu melihat bagian bagian indah dari tubuh penari wanita itu
Walaupun  Victoria Beckham Seksi David pun tetap saja terpana melirik seksinya  seorang Cheerleader di satu pertandingan basket di Los Angeles
Pemain Chelsea Frank Lampard pun mencoba mencuri pandang menikmati tubuh tetangganya di pantai saat berlibur
Presiden Obama dan Presiden Sarkozy pun terpana melihat keindahan bokong cewek Brasil
Para Polisi Yang Latihan ini pun tidak disiplin ketika melihat wanita
Sumber:   http://www.infogue.com/viewstory/2009/08/11/foto_unik_para_tokoh_utama_dunia_yang_matanya_nakal_pada_cewek/?url=http://ruanghati.com/2009/08/09/foto-unik-para-tokoh-utama-dunia-yang-matanya-nakal-pada-cewek/
senyum dikit : Anang ngambek, konser pun batal
Konser musik senilai milyaran rupiah  yang dijadwalkan berlangsung di Senayan minggu ini pun terancam batal.  Pasalnya, Anang ngambek, tak mau manggung. Ia ogah tampil di panggung.   Karena Anang tak mau tampil, Syahrini pun ikut terkena getahnya. 
Padahal artis pendukung konser tersebut tidak main-main. Selain Anang, Ada COKELAT dan GIGI. Panitia pun resah.
Saat ditemui para wartawan di belakang panggung, wajah Anang nampak kesal. Manyun. Panitia marah-marah. Anang dicap plin-plan dan belagu.
Selidik punya selidik, tak tahunya Anang ngambek karena di spanduk yang tersebar di jalanan tertulis:
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
SAKSIKAN...!!
GIGI ANANG COKELAT...
Padahal artis pendukung konser tersebut tidak main-main. Selain Anang, Ada COKELAT dan GIGI. Panitia pun resah.
Saat ditemui para wartawan di belakang panggung, wajah Anang nampak kesal. Manyun. Panitia marah-marah. Anang dicap plin-plan dan belagu.
Selidik punya selidik, tak tahunya Anang ngambek karena di spanduk yang tersebar di jalanan tertulis:
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
SAKSIKAN...!!
GIGI ANANG COKELAT...
Bos Facebook Mark Zuckerberg, Rumahnya Masih Ngontrak
Sungguh  sosok yang begitu sederhana untuk anak muda yang memiliki  kekayaan $  6,9 Miliar, lihatlah penampilan Mark yang sederhana,  seringkali CEO  Facebook ini terlihat menggunakan kaos polos dan celana  jean  kemana-mana. Bahkan dalam postingan ruanghati.com sebelumnya Mark  pun  ternyata diketahui memiliki kekasih yang sedernaha pula  penampilannya  seorang mahasiswi kedokteran bernama Priscilla Chan,  padahal bila saja  Mark mau cewek secantik foto model duniapun bisa  didapatkannya, namun  Mark sepertinya lebih melihat seorang wanita bukan  dari sisi fisik  kecantikan pada umumnya.
Dalam  acara Oprah Winfrey balum lama ini dimana Mark Zuckerberg hadir   sebagai tamu yang di kupas kehidupannya oleh Oprah terungkap beberapa   hal yang unik dan menarik dari diri Mark salah satunya ternyata rumah   yang didiaminnya saat ini dan yang akan nantinya digunakannya bila sudah   berumah tangga dengan kekasihnya Nona Chan ternyata masih berstatus   rumah kontrakan.
Bila  dilihat dari bentuk rumahpun rumah kontrakan Mark tergolong  sederhana  untuk ukuran seorang milyader tingkat dunia seperti dirinya,  seperti  yang dikutip ruanghati.com dari LifeJournal menyebutkan kekayaan  bos  Facebook ini masih lebih besar dari bos Apple Inc Steve Jobs,  dimana  Mark berada diperingkat 35 orang terkaya di Amerika. Luar biasa,  pemuda  yang memiliki kemampuan finansial kuat namun mampu menahan diri  untuk  tidak memamerkan apa yang dia miliki.
Bersama kekasihnya mahasiswi kedokteran Harvard Priscilla chan asal Cina
Masih  dalam show Oprah tersebut, Mark Zuckerberg  berkomitmen untuk  membantu  sejumlah dana yang diperuntukan bagi sekolah sekolah yang  sedang  diperbaiki di Amerika, jumlah bantuan yang disumbangkan untuk  perbaikan  sekolah tersebut mencapai hingga $ 100 juta atau setara dengan  Rp 900  Miliar, bayangkan uang sebesar itu kalau mau mark bisa beli  rumah mewah  di Beverly Hill atau tempat mewah lainnya, namun dirinya  lebih memilih  tinggal dirumah kontrakan.
Sosok  pendiri facebook ini mengingatkan kita akan sebuah pepatah,  semakin  berisi biji padi semakin merunduk, sosok yang sangat langka  dijaman  sekarang dimana umumnya derajat orang diukur dari jumlah  kekayaan dan  gaya hidup yang dimiliki, kita lihat berapa banyak orang  memkasakan  diri untuk memperoleh gaya hidup mewah saat ini walau harus  dilakukan  dengan cara hutang atau korupsi bahkan menjual harga diri.  Salut untuk  bos Facebook yang satu ini
Fakta Terselubung Dibalik Kisah G30S PKI
Hari   Selasa, pengujung tahun 1966. Penjara Militer Cimahi, Bandung, Jawa   Barat. Dua pria berhadapan. Yang satu bertubuh gempal, potongan cepak   berusia 39 tahun. Satunya bertubuh kurus, usia 52 tahun. Mereka adalah   Letnan Kolonel Untung Samsuri dan Soebandrio, Menteri Luar Negeri   kabinet Soekarno. Suara Untung bergetar. “Pak Ban, selamat tinggal.   Jangan sedih,” kata Untung kepada Soebandrio.
Itulah   perkataan Untung sesaat sebelum dijemput petugas seperti ditulis   Soebandrio dalam buku Kesaksianku tentang G30S. Dalam bukunya,   Soebandrio menceritakan, selama di penjara, Untung yakin dirinya tidak   bakal dieksekusi. Untung mengaku G-30-S atas setahu Panglima Komando   Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto.
Keyakinan   Untung bahwa ia bakal diselamatkan Soeharto adalah salah satu  “misteri”  tragedi September-Oktober. Kisah pembunuhan para jenderal  pada 1965  adalah peristiwa yang tak habis-habisnya dikupas. Salah satu  yang jarang  diulas adalah spekulasi kedekatan Untung dengan Soeharto.
Memperingati   tragedi September kali ini, Koran Tempo bermaksud menurunkan edisi   khusus yang menguak kehidupan Letkol Untung. Tak banyak informasi   tentang tokoh ini, bahkan dari sejarawan “Data tentang Untung sangat   minim, bahkan riwayat hidupnya,” kata sejarawan Asvi Warman Adam.
Potongannya seperti preman
Tempo   berhasil menemui saksi hidup yang mengenal Letkol Untung. Salah satu   saksi adalah Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Umurnya sudah 83 tahun.   Ia adalah sahabat masa kecil Untung di Solo dan bekas anggota   Tjakrabirawa. Untung tinggal di Solo sejak umur 10 tahun. Sebelumnya, ia   tinggal di Kebumen. Di Solo, ia hidup di rumah pamannya, Samsuri.   Samsuri dan istrinya bekerja di pabrik batik Sawo, namun tiap hari   membantu kerja di rumah Ibu Wergoe Prajoko, seorang priayi keturunan   trah Kasunan, yang tinggal di daerah Keparen, Solo. Wergoe adalah orang   tua Suhardi.
“Dia   memanggil ibu saya bude dan memanggil saya Gus Hardi,” ujar Suhardi.   Suhardi, yang setahun lebih muda dari Untung, memanggil Untung: si Kus.   Nama asli Untung adalah Kusman. Suhardi ingat, Untung kecil sering   menginap di rumahnya. Tinggi Untung kurang dari 165 sentimeter, tapi   badannya gempal.
“Potongannya   seperti preman. Orang-orang Cina yang membuka praktek-praktek  perawatan  gigi di daerah saya takut semua kepadanya,” kata Suhardi  tertawa.  Menurut Suhardi, Untung sejak kecil selalu serius, tak pernah  tersenyum.  Suhardi ingat, pada 1943, saat berumur 18 tahun, Untung  masuk Heiho.  “Saya yang mengantarkan Untung ke kantor Heiho di  perempatan Nonongan  yang ke arah Sriwedari.”
Setelah   Jepang kalah, menurut Suhardi, Untung masuk Batalion Sudigdo, yang   markasnya berada di Wonogiri. “Batalion ini sangat terkenal di daerah   Boyolali. Ini satu-satunya batalion yang ikut PKI (Partai Komunis   Indonesia),” kata Suhardi. Menurut Suhardi, batalion ini lalu terlibat   gerakan Madiun sehingga dicari-cari oleh Gatot Subroto.
Clash   yang terjadi pada 1948 antara Republik dan Belanda membuat pengejaran   terhadap batalion-batalion kiri terhenti. Banyak anggota batalion kiri   bisa bebas. Suhardi tahu Untung kemudian balik ke Solo. “Untung  kemudian  masuk Korem Surakarta,” katanya. Saat itu, menurut Suhardi,  Komandan  Korem Surakarta adalah Soeharto. Soeharto sebelumnya adalah  Komandan  Resimen Infanteri 14 di Semarang. “Mungkin perkenalan awal  Untung dan  Soeharto di situ,” kata Suhardi.
Keterangan   Suhardi menguatkan banyak tinjauan para analisis. Seperti kita  ketahui,  Soeharto kemudian naik menggantikan Gatot Subroto menjadi  Panglima  Divisi Diponegoro. Untung lalu pindah ke Divisi Diponegoro,  Semarang.  Banyak pengamat melihat, kedekatan Soeharto dengan Untung  bermula di  Divisi Diponegoro ini. Keterangan Suhardi menambahkan  kemungkinan  perkenalan mereka sejak di Solo.
Hubungan   Soeharto-Untung terjalin lagi saat Soeharto menjabat Panglima Kostrad   mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962. Untung   terlibat dalam operasi yang diberi nama Operasi Mandala itu. Saat itu   Untung adalah anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal   dengan Banteng Raiders.
Di   Irian, Untung memimpin kelompok kecil pasukan yang bertempur di hutan   belantara Kaimana. Sebelum Operasi Mandala, Untung telah berpengalaman   di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Ia terlibat operasi penumpasan   pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera   Barat, pada 1958. Di Irian, Untung menunjukkan kelasnya. Bersama Benny   Moerdani, ia mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden   Soekarno.
“Kedua   prestasi inilah yang menyebabkan Untung menjadi anak kesayangan Yani   dan Soeharto,” kata Kolonel Purnawirawan Maulwi Saelan, mantan Wakil   Komandan Tjakrabirawa, atasan Untung di Tjakrabirawa, kepada Tempo.
Untung masuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan 1964. Dua kompi Banteng Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Tjakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu.
Anggota Tjakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang merekomendasikan batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa.
Untung masuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan 1964. Dua kompi Banteng Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Tjakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu.
Anggota Tjakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang merekomendasikan batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa.
Sebab,   menurut Suhardi, siapa pun yang bertugas di Jawa Tengah mengetahui   banyak anggota Raiders saat itu yang eks gerakan Madiun 1948. “Pasti   Soeharto tahu itu eks PKI Madiun.”
Di Tjakrabirawa, Untung menjabat Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa. Batalion ini berada di ring III pengamanan presiden dan tidak langsung berhubungan dengan presiden. Maulwi, atasan Untung, mengaku tidak banyak mengenal sosok Untung.
Suhardi masuk Tjakrabirawa sebagai anggota Detasemen Pengawal Khusus. Pangkatnya lebih rendah dibanding Untung. Ia letnan dua. Pernah sekali waktu mereka bertemu, ia harus menghormat kepada Untung. Suhardi ingat Untung menatapnya. Untung lalu mengucap, “Gus, kamu ada di sini….”
Di Tjakrabirawa, Untung menjabat Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa. Batalion ini berada di ring III pengamanan presiden dan tidak langsung berhubungan dengan presiden. Maulwi, atasan Untung, mengaku tidak banyak mengenal sosok Untung.
Suhardi masuk Tjakrabirawa sebagai anggota Detasemen Pengawal Khusus. Pangkatnya lebih rendah dibanding Untung. Ia letnan dua. Pernah sekali waktu mereka bertemu, ia harus menghormat kepada Untung. Suhardi ingat Untung menatapnya. Untung lalu mengucap, “Gus, kamu ada di sini….”
“Mengapa   perhatian Soeharto terhadap Untung begitu  besar?” Menurut Maulwi,   tidak ada satu pun anggota Tjakra yang datang ke Kebumen. “Kami, dari   Tjakra, tidak ada yang hadir,” kata Maulwi.
Dalam bukunya, Soebandrio melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan mantan anak buahnya adalah wajar. Namun, kehadiran Pangkostrad di desa terpencil yang saat itu transportasinya sulit adalah pertanyaan besar. “Jika tak benar-benar sangat penting, tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri pernikahan Untung,” tulis Soebandrio. Hal itu diiyakan oleh Suhardi. “Pasti ada hubungan intim antara Soeharto dan Untung,” katanya.
 
Dalam bukunya, Soebandrio melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan mantan anak buahnya adalah wajar. Namun, kehadiran Pangkostrad di desa terpencil yang saat itu transportasinya sulit adalah pertanyaan besar. “Jika tak benar-benar sangat penting, tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri pernikahan Untung,” tulis Soebandrio. Hal itu diiyakan oleh Suhardi. “Pasti ada hubungan intim antara Soeharto dan Untung,” katanya.
Soeharto: Sikat saja, jangan ragu
Dari mana Letkol Untung percaya adanya Dewan Jenderal? Dalam bukunya, Soebandrio menyebut, di penjara, Untung pernah bercerita kepadanya bahwa ia pada 15 September 1965 mendatangi Soeharto untuk melaporkan adanya Dewan Jenderal yang bakal melakukan kup. Untung menyampaikan rencananya menangkap mereka.
Dari mana Letkol Untung percaya adanya Dewan Jenderal? Dalam bukunya, Soebandrio menyebut, di penjara, Untung pernah bercerita kepadanya bahwa ia pada 15 September 1965 mendatangi Soeharto untuk melaporkan adanya Dewan Jenderal yang bakal melakukan kup. Untung menyampaikan rencananya menangkap mereka.
Bila   kita baca transkrip sidang pengadilan Untung di Mahkamah Militer Luar   Biasa pada awal 1966, Untung menjelaskan bahwa ia percaya adanya Dewan   Jenderal karena mendengar kabar beredarnya rekaman rapat Dewan Jenderal   di gedung Akademi Hukum Militer Jakarta, yang membicarakan susunan   kabinet versi Dewan Jenderal.
Maulwi melihat adalah hal aneh bila Untung begitu percaya adanya informasi kudeta terhadap presiden ini. Sebab, selama menjadi anggota pasukan Tjakrabirawa, Untung jarang masuk ring I atau ring II pengamanan presiden. Dalam catatan Maulwi, hanya dua kali Untung bertemu dengan Soekarno. Pertama kali saat melapor sebagai Komandan Kawal Kehormatan dan kedua saat Idul Fitri 1964. “Jadi, ya, sangat aneh kalau dia justru yang paling serius menanggapi isu Dewan Jenderal,” kata Maulwi.
Menurut Soebandrio, Soeharto memberikan dukungan kepada Untung untuk menangkap Dewan Jenderal dengan mengirim bantuan pasukan. Soeharto memberi perintah per telegram Nomor T.220/9 pada 15 September 1965 dan mengulanginya dengan radiogram Nomor T.239/9 pada 21 September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya, Jawa Timur, dan Yon 454 Banteng Raiders Diponegoro, Jawa Tengah. Mereka diperintahkan datang ke Jakarta untuk defile Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober.
Pasukan itu bertahap tiba di Jakarta sejak 26 September 1965. Yang aneh, pasukan itu membawa peralatan siap tempur. “Memang mencurigakan, seluruh pasukan itu membawa peluru tajam,” kata Suhardi. Padahal, menurut Suhardi, ada aturan tegas di semua angkatan bila defile tidak menggunakan peluru tajam. “Itu ada petunjuk teknisnya,” ujarnya.
Pasukan dengan perlengkapan siaga I itu kemudian bergabung dengan Pasukan Kawal Kehormatan Tjakrabirawa pimpinan Untung. Mereka berkumpul di dekat Monumen Nasional.
Soeharto melewati pasukan yang hendak membunuh 7 jenderal
Dinihari, 1 Oktober 1965, seperti kita ketahui, pasukan Untung bergerak menculik tujuh jenderal Angkatan Darat. Malam itu Soeharto , menunggui anaknya, Tommy, yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Di rumah sakit itu Kolonel Latief, seperti pernah dikatakannya sendiri dalam sebuah wawancara berusaha menemui Soeharto.
Maulwi melihat adalah hal aneh bila Untung begitu percaya adanya informasi kudeta terhadap presiden ini. Sebab, selama menjadi anggota pasukan Tjakrabirawa, Untung jarang masuk ring I atau ring II pengamanan presiden. Dalam catatan Maulwi, hanya dua kali Untung bertemu dengan Soekarno. Pertama kali saat melapor sebagai Komandan Kawal Kehormatan dan kedua saat Idul Fitri 1964. “Jadi, ya, sangat aneh kalau dia justru yang paling serius menanggapi isu Dewan Jenderal,” kata Maulwi.
Menurut Soebandrio, Soeharto memberikan dukungan kepada Untung untuk menangkap Dewan Jenderal dengan mengirim bantuan pasukan. Soeharto memberi perintah per telegram Nomor T.220/9 pada 15 September 1965 dan mengulanginya dengan radiogram Nomor T.239/9 pada 21 September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya, Jawa Timur, dan Yon 454 Banteng Raiders Diponegoro, Jawa Tengah. Mereka diperintahkan datang ke Jakarta untuk defile Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober.
Pasukan itu bertahap tiba di Jakarta sejak 26 September 1965. Yang aneh, pasukan itu membawa peralatan siap tempur. “Memang mencurigakan, seluruh pasukan itu membawa peluru tajam,” kata Suhardi. Padahal, menurut Suhardi, ada aturan tegas di semua angkatan bila defile tidak menggunakan peluru tajam. “Itu ada petunjuk teknisnya,” ujarnya.
Pasukan dengan perlengkapan siaga I itu kemudian bergabung dengan Pasukan Kawal Kehormatan Tjakrabirawa pimpinan Untung. Mereka berkumpul di dekat Monumen Nasional.
Soeharto melewati pasukan yang hendak membunuh 7 jenderal
Dinihari, 1 Oktober 1965, seperti kita ketahui, pasukan Untung bergerak menculik tujuh jenderal Angkatan Darat. Malam itu Soeharto , menunggui anaknya, Tommy, yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Di rumah sakit itu Kolonel Latief, seperti pernah dikatakannya sendiri dalam sebuah wawancara berusaha menemui Soeharto.
Adapun Untung, menurut Maulwi, hingga tengah malam pada 30 September 1965 masih memimpin pengamanan acara Presiden Soekarno    di Senayan. Maulwi masih bisa mengingat pertemuan mereka terakhir    terjadi pada pukul 20.00. Waktu itu Maulwi menegur Untung karena ada    satu pintu yang luput dari penjagaan pasukan Tjakra. Seusai acara,    Maulwi mengaku tidak mengetahui aktivitas Untung selanjutnya.
Ketegangan   hari-hari itu bisa dirasakan dari pengalaman Suhardi  sendiri. Pada 29   September, Suhardi menjadi perwira piket di pintu  gerbang Istana.   Tiba-tiba ada anggota Tjakra anak buah Dul Arief,  peleton di bawah   Untung, yang bernama Djahurup hendak masuk Istana.  Menurut Suhardi,   tindakan Djahurup itu tidak diperbolehkan karena  tugasnya adalah di   ring luar sehingga tidak boleh masuk. “Saya tegur  dia.”
Pada   1 Oktober pukul 07.00, Suhardi sudah tiba di depan Istana. “Saya    heran, dari sekitar daerah Bank Indonesia, saat itu banyak tentara.” Ia    langsung mengendarai jip menuju markas Batalion 1 Tjakrabirawa di  Tanah   Abang.
“Saya   ingat yang jaga saat itu adalah Kopral Teguh dari Banteng Raiders,”   kata Suhardi. Begitu masuk markas, ia melihat saat itu di Tanah Abang   semua anggota kompi Banteng Raiders tidak ada.
Begitu   tahu hari itu ada kudeta dan Untung menyiarkan susunan Dewan Revolusi,   Suhardi langsung ingat wajah sahabat masa kecilnya dan sahabat yang   sudah dianggap anak oleh ibunya sendiri tersebut. Teman yang bahkan saat   sudah menjabat komandan Tjakrabirawa bila ke Solo selalu pulang   menjumpai ibunya. “Saya tak heran kalau Untung terlibat karena saya tahu   sejak tahun 1948 Untung dekat dengan PKI,” katanya.
Kepada   Oditur Militer pada 1966, Untung mengaku hanya memerintahkan menangkap   para jenderal guna dihadapkan pada Presiden Soekarno. “Semuanya  terserah  kepada Bapak Presiden, apa tindakan yang akan dijatuhkan  kepada  mereka,” jawab Untung.
Heru   Atmodjo, Mantan Wakil Asisten Direktur Intelijen Angkatan Udara, yang   namanya dimasukkan Untung dalam susunan Dewan Revolusi, mengakui Sjam   Kamaruzzaman- lah yang paling berperan dalam gerakan tersebut. Keyakinan   itu muncul ketika pada Jumat, 1 Oktober 1965, Heru secara tidak  sengaja  bertemu dengan para pimpinan Gerakan 30 September: Letkol  Untung,  Kolonel Latief, Mayor Sujono, Sjam Kamaruzzaman, dan Pono. Heru  melihat  justru Pono dan Sjam-lah yang paling banyak bicara dalam  pertemuan itu,  sementara Untung lebih banyak diam.
“Saya tidak melihat peran Untung dalam memimpin rangkaian gerakan atau operasi ini (G-30-S),” kata Heru saat ditemui Tempo.
Soeharto: Letkol Untung murid pimpinan PKI
Soeharto,   kepada Retnowati Abdulgani Knapp, penulis biografi Soeharto: The Life   and Legacy of Indonesia’s Second President, pernah mengatakan memang   kenal dekat dengan Kolonel Latif maupun Untung. Tapi ia membantah isu   bahwa persahabatannya dengan mereka ada kaitannya dengan rencana kudeta.
“Itu   tak masuk akal,” kata Soeharto. ”Saya mengenal Untung sejak 1945 dan   dia merupakan murid pimpinan PKI, Alimin. Saya yakin PKI berada di   belakang gerakan Letkol Untung,” katanya kepada Retnowati.
Demikianlah   Untung. Kudeta itu bisa dilumpuhkan. Tapi perwira penerima Bintang   Sakti itu sampai menjelang ditembak pun masih percaya bakal   diselamatkan.
Sumber :http://indonesia-hits.com/2010/09/25/kisah-g30s-terungkap-pertautan-soeharto-untung/ 
Rabu, 29 September 2010
Pasangan-pasangan yang Unik















sumber: http://hermawayne.blogspot.com/2010/09/pasangan-pasangan-jelek.html
10 Mata uang tertua di Indonesia
1. Uang Syailendra (850 M)
Mata uang Indonesia dicetak pertama kali sekitar tahun 850/860 Masehi, yaitu pada masa kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak, mempunyai berat yang sama, dan mempunyai beberapa nominal :
* Masa (Ma), berat 2.40 gram; sama dengan 2 Atak atau 4 Kupang
* Atak, berat 1.20 gram; sama dengan ½ Masa, atau 2 Kupang
* Kupang (Ku), berat 0.60 gram; sama dengan ¼ Masa atau ½ Atak
Sebenarnya masih ada satuan yang lebih kecil lagi, yaitu ½ Kupang (0.30 gram) dan 1 Saga (0,119 gram).
Koin emas zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak, dimana koin dengan satuan terbesar (Masa) berukuran 6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”. Di belakangnya terdapat incuse (lekukan ke dalam) yang dibagi dalam dua bagian, masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola ini dinamakan “Sesame Seed”.
Sedangkan koin perak Masa mempunyai diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”.

Mata uang Indonesia dicetak pertama kali sekitar tahun 850/860 Masehi, yaitu pada masa kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak, mempunyai berat yang sama, dan mempunyai beberapa nominal :
* Masa (Ma), berat 2.40 gram; sama dengan 2 Atak atau 4 Kupang
* Atak, berat 1.20 gram; sama dengan ½ Masa, atau 2 Kupang
* Kupang (Ku), berat 0.60 gram; sama dengan ¼ Masa atau ½ Atak
Sebenarnya masih ada satuan yang lebih kecil lagi, yaitu ½ Kupang (0.30 gram) dan 1 Saga (0,119 gram).
Koin emas zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak, dimana koin dengan satuan terbesar (Masa) berukuran 6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”. Di belakangnya terdapat incuse (lekukan ke dalam) yang dibagi dalam dua bagian, masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola ini dinamakan “Sesame Seed”.
Sedangkan koin perak Masa mempunyai diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”.
2. Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala  (1042-1130 M)
Pada    zaman Daha dan  Jenggala, uang-uang emas dan perak tetap dicetak  dengan   berat  standar, walaupun mengalami proses perubahan bentuk dan   desainnya.   Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi   bundar,   sedangkan koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung,   dengan   diameter antara 13-14 mm.
Pada waktu itu uang  kepeng Cina   datang  begitu besar, sehingga saking banyaknya jumlah  yang beredar,   akhirnya  dipakai secara “resmi” sebagai alat  pembayaran, menggantikan   secara  total fungsi dari mata uang lokal  emas dan perak.
3. Uang "Ma", (Abad ke-12)
Mata uang Jawa dari emas dan perak yang ditemukan kembali, termasuk di situs kota Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang kala dalam huruf Jawa Kuno. Di samping itu beredar juga mata uang emas dan perak dengan satuan tahil, yang ditemukan kembali berupa uang emas dengan tulisan ta dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4 – 2,5 gram.
Selain itu masih ada beberapa mata uang emas dan perak berbentuk segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama sekali. Uang ini terkesan dibuat apa adanya, berupa potongan-potongan logam kasar; yang dipentingkan di sini adalah sekedar cap yang menunjukkan benda itu dapat digunakan sebagai alat tukar. Tanda tera atau cap pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga (teratai?) dalam bidang lingkaran atau segiempat. Jika dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman Dinasti Song (960 – 1279) yang memberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang, mungkin itulah yang dimaksud.


3. Uang "Ma", (Abad ke-12)
Mata uang Jawa dari emas dan perak yang ditemukan kembali, termasuk di situs kota Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang kala dalam huruf Jawa Kuno. Di samping itu beredar juga mata uang emas dan perak dengan satuan tahil, yang ditemukan kembali berupa uang emas dengan tulisan ta dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4 – 2,5 gram.
Selain itu masih ada beberapa mata uang emas dan perak berbentuk segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama sekali. Uang ini terkesan dibuat apa adanya, berupa potongan-potongan logam kasar; yang dipentingkan di sini adalah sekedar cap yang menunjukkan benda itu dapat digunakan sebagai alat tukar. Tanda tera atau cap pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga (teratai?) dalam bidang lingkaran atau segiempat. Jika dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman Dinasti Song (960 – 1279) yang memberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang, mungkin itulah yang dimaksud.
4. Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit (Abad k-13)
pada zaman Majapahit ini dikenal koin-koin yang disebut “Gobog Wayang”, dimana untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Thomas Raffles, dalam bukunya The History of Java. Bentuknya bulat dengan lubang tengah karena pengaruh dari koin cash dari Cina, ataupun koin-koin serupa yang berasal dari Cina atau Jepang. Koin gobog wayang adalah asli buatan lokal, namun tidak digunakan sebagai alat tukar. Sebenarnya koin-koin ini digunakan untuk persembahan di kuil-kuil seperti yang dilakukan di Cina ataupun di Jepang sehingga disebut sebagai koin-koin kuil. Setelah redup dan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1528), Banten di Jawa bagian barat muncul sebagai kota dagang yang semakin ramai.

5. Uang Dirham,  Kerajaan Samudra Pasai (1297 M)
Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar 1297-1326. Mata uangnya disebut Dirham atau Mas, dan mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang). Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Uang Mas Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang setengah Mas berdiameter 6 mm. Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.
Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar 1297-1326. Mata uangnya disebut Dirham atau Mas, dan mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang). Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Uang Mas Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang setengah Mas berdiameter 6 mm. Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.

6. Uang Kampua,  Kerajaan Buton (Abad ke-14)
Uang yang sangat unik,yang dinamakan Kampua dengan bahan kain tenun ini merupakan satu-satunya yang pernah beredar di Indonesia. Menurut cerita rakyat Buton, Kampua pertamakali diperkenalkan oleh Bulawambona,yaitu Ratu kerajaan Buton yang kedua,yang memerintaha sekitar abad XIV. Setelah ratu meninggal,lalu diadakan suatu “pasar” sebagai tanda peringatan atas jasa-jasanya bagi kerajaan Buton. Pada pasar tersebut orang yang berjualan engambil tempat dengan mengelilingi makam Ratu Bulawambona. Setelah selesai berjualan,para pedagang memberikan suatu upetiyang ditaruh diatas makam tersebut,yang nantinya akan masuk ke kas kerajaan. Cara berjualan ini akhirnya menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Buton,bahkan sampai dengan tahun 1940.

Uang yang sangat unik,yang dinamakan Kampua dengan bahan kain tenun ini merupakan satu-satunya yang pernah beredar di Indonesia. Menurut cerita rakyat Buton, Kampua pertamakali diperkenalkan oleh Bulawambona,yaitu Ratu kerajaan Buton yang kedua,yang memerintaha sekitar abad XIV. Setelah ratu meninggal,lalu diadakan suatu “pasar” sebagai tanda peringatan atas jasa-jasanya bagi kerajaan Buton. Pada pasar tersebut orang yang berjualan engambil tempat dengan mengelilingi makam Ratu Bulawambona. Setelah selesai berjualan,para pedagang memberikan suatu upetiyang ditaruh diatas makam tersebut,yang nantinya akan masuk ke kas kerajaan. Cara berjualan ini akhirnya menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Buton,bahkan sampai dengan tahun 1940.


7. Uang Kasha  Banten, Kesultanan Banten (Abad ke-15)
Mata-uang dari Kesultanan banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596 Masehi. Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khasnya 6 segi pada lubang tengahnya (heksagonal). Inskripsi pada bagian muka pada mulanya dalam bahasa Jawa: “Pangeran Ratu”. Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten, inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”. Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah, seperti yang ditemukan pada akhir-akhir ini.
Mata-uang dari Kesultanan banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596 Masehi. Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khasnya 6 segi pada lubang tengahnya (heksagonal). Inskripsi pada bagian muka pada mulanya dalam bahasa Jawa: “Pangeran Ratu”. Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten, inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”. Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah, seperti yang ditemukan pada akhir-akhir ini.

8. Uang Jinggara,  Kerajaan Gowa (Abad ke-16)
Di daerah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang disebut jingara, salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah dalam tahun 1653-1669. Di samping itu beredar juga uang dan bahan campuran timah dan tembaga, disebut kupa.
Di daerah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang disebut jingara, salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah dalam tahun 1653-1669. Di samping itu beredar juga uang dan bahan campuran timah dan tembaga, disebut kupa.
9. Uang Picis,  Kesultanan Cirebon (1710 M)
Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis, dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin berbunyi CHERIBON.
Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis, dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin berbunyi CHERIBON.
10. Uang Real  Batu, Kesultanan Sumenep (1730 M)
Kerajaan    Sumenep  di Madura mengedarkan mata uang yang berasal dari uang-uang    asing  yang kemudian diberi cap bertulisan Arab berbunyi ‘sumanap’    sebagai  tanda pengesahan. Uang kerajaan Sumenep yang berasal dari uang     Spanyol disebut juga real batu karena bentuknya yang tidak beraturan.     Dulunya uang perak ini banyak beredar di Mexico yang kemudian beredar     juga di Filipina (jajahan Spanyol). Di negeri asalnya uang mi bernilai  8    Reales. Selain uang real Mexico, kerajaan Sumenep juga  memanfaatkan    uang gulden Belanda dan uang thaler Austria.

Sumber :  http://infoajae.blogspot.com/2010/09/10-mata-uang-tertua-di-indonesia.html
Pantai Terkumuh & Menjijikkan di Dunia
Pantai yang penuh dengan timbunan sampah










sumber: http://woamu.blogspot.com/2010/09/pantai-paling-menjijikkan-kumuh-buruk.html
sumber: http://woamu.blogspot.com/2010/09/pantai-paling-menjijikkan-kumuh-buruk.html
Langganan:
Komentar (Atom)