Rabu, 04 September 2013

RIP Zebra Cross di Indonesia

Garis silang di jalan atau yang publik menyebutnya zebra cross banyak kita jumpai di jalan-jalan termasuk di tempat-tempat keramaian dimana banyak pejalan kaki menyberang jalan. Memang zebra cross disediakan bagi mereka yang ingin menyeberang di jalan dengan harapan agar mereka dapat menyeberang dengan tenang dan tentunya aman. Zebra Cross bertujuan menertibkan para pengguna jalan.

Tetapi setelah bertahun tahun zebra cross disediakan di jalan-jalan bertahun tahun itu pula efektivitas penggunaan zebra cross rendah, kenapa demikian?

Pertama, karena kesadaran pengguna jalan yang mengendarai kendaraan bermotor sangat rendah, sehingga ketika melewati zebra cross mereka bukannya memperlambat malah tetap terus memacu kendaraannya. Alhasil, pejalan kaki yang ingin memanfaatkan zebra cross menjadi ketar-ketir menyeberang di tempat yang sudah ditandai dengan zebra cross. Orang yang ingin menyeberang jalan dengan memanfaatkan zebra cross tetap saja bersusah payah karena perlu ekstra hati-hati bahkan perlu dibantu petugas untuk menyetop kendaraan yang lewat.

Padahal, zebra cross diadakan justeru untuk mengurangi beban petugas dan lampu lalu lintas karena dengan adanya zebra cross pengendara diminta untuk mendahului pejalan kaki yang ingin menyeberang. Di negeri ini fenomena itu tidak terjadi karena dua hal pertama tidak ada sosialisasi dan penyuluhan yang signifikan sehingga pengendara bermotor "mengerti" untuk taat pada zebra cross itu.

Kedua, tidak ada atau minimnya penegakkan aturan main dari pihak aparat penegak hukum untuk mengenakan sanksi bagi mereka yang melanggar zebra cross. Petugas di lapangan entah mengerti atau tidak tampak tidak peduli dengan pengguna jalan yang melewati zebra cross tanpa memperlambat bahkan menghentikan kendaraannya, sementara sejulan pejalan kaki hendak menyeberang.

Berbeda dengan di negeri maju dimana fungsi zebra cross betul-betul efektif guna membantu pejalan kaki menyeberang dengan aman. Mereka yang melanggar bahkan menabrak orang bahkan binatang di zebra cross akan dikenakan sanksi tegas dan berat. Beberapa waktu lalu kita pernah menyaksikan melalui layar kaca bagaimana seekor anjing yang menyeberang di zebra cross sementara pengguna kendaraan bermotor memberhentikan kendaraannya guna memberikan kesempatan binatang piaraan itu menyeberang dengan menggunakan zebra cross secara aman. Bayangkan di negeri maju itu binatang saja sangat dihargai, apalagi makhluk Tuhan yang bernama manusia.

Dengan tidak adanya kedua hal tersebut diatas (kesadaran pengguna jalan dan penegakan hukum oleh aparat berwenang), maka percuma saja ada zebra cross, buang-buang uang dan energi serta waktu. Jadi, kesadaran pengguna jalan harus terus ditumbuhsuburkan secara ajeg, kontinyu dan konsisten, maka pihak yang memiliki wewenang untuk melakukan hal itu adalah pemerintah.


Beginilah Cara Semut Memanggil Teman temannya

Semut yang menemukan sumber makanan meninggalkan jejak senyawa kimia [Feronom] di tanah melalui sengat pada bokongnya. Jejak yang dibuatnya membantu teman-temannya menemukan sumber makanan. Banyak serangga memiliki zat feromon, tapi masing masing memiliki fungsi yang serupa tapi tak sama. Sebagai contoh : Semut menggunakan feromon untuk meninggalkan jejak, sedangkan kupu-kupu menggunakan Feromon untuk menarik lawan jenis.
Semut yang bertugas mencari makan biasanya menjalankan tugas dengan cara yang sulit dijelaskan. Ia berangkat ke sumber makanan dengan berjalan berkelok-kelok, tetapi kembali ke sarang dengan rute lurus yang lebih singkat. Bagaimana mungkin seekor semut yang hanya dapat melihat beberapa sentimeter ke depan bisa berjalan lurus?
Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang peneliti bernama Richard Feynman meletakkan sebongkah gula di salah satu ujung bak mandi, lalu menunggu seekor semut datang dan menemukannya. Ketika semut yang pertama kali datang ini kembali ke sarangnya, Feynman mengikuti jejaknya yang berkelok.
Kemudian Feyman mengikuti jejak semut-semut berikutnya. Ternyata Feynman menemukan bahwa semut yang datang belakangan tidak mengikuti jejak yang ditinggalkan; mereka lebih pintar, mengambil jalan memotong sampai akhirnya jejaknya menjadi berbentuk garis lurus.
Diilhami hasil penelitian Feynman, seorang ahli komputer bernama Alfred Bruckstein membuktikan secara matematis bahwa semut-semut yang datang selanjutnya memang meluruskan jejak berkelok itu. Kesim-pulan yang didapatnya sama: setelah beberapa ekor semut, panjang jejak dapat diminimalkan menjadi jarak terpendek antara dua titik dengan kata lain, membentuk garis lurus.86
Apa yang diceritakan tadi tentu saja membutuhkan keahlian jika dilakukan oleh manusia. Ia tentu harus menggunakan kompas, jam, maupun perlengkapan yang lebih canggih lagi untuk menentukan suatu jarak. Orang ini harus juga menguasai matematika.
Berbeda dengan manusia, penunjuk jalan semut adalah matahari, sedangkan kompasnya adalah cabang pohon dan tanda alam lainnya. Semut mengingat bentuk tanda-tanda ini, sehingga dapat menggunakannya untuk menemukan rute pulang terpendek, meskipun rute ini benar-benar baru baginya.
Meskipun kedengarannya mudah, sebenarnya cara ini sulit dijelas-kan! Bagaimana mungkin seekor makhluk kecil seperti semut, yang tidak memiliki otak maupun kemampuan berpikir dan mempertimbangkan, melakukan perhitungan seperti ini?Teknik komunikasi dengan jejak (mengikuti jejak bau) sering digunakan oleh semut. Banyak contoh yang menarik dalam hal ini
Semut yang menemukan sumber makanan meninggalkan jejak senyawa kimia di tanah melalui sengat pada bokongnya. Jejak yang dibuatnya membantu teman-temannya menemukan sumber makanan.
Suatu spesies semut yang hidup di gurun pasir di Amerika menge-luarkan bau khusus yang diproduksi di kantung racunnya jika ia menemukan serangga mati yang terlalu besar atau berat untuk di-bawanya. Teman-temannya sesarang dari jauh dapat mencium bau yang dikeluarkan dan mendekati sumbernya. Ketika jumlah semut yang berkumpul di sekitar mangsa sudah cukup, mereka membawa serangga tersebut ke sarang
 Ketika semut api berpisah untuk mencari makanan, mereka meng-ikuti jejak bau selama beberapa lama, lalu akhirnya berpisah dan mencari makanan masing-masing. Sikap semut api berubah jika sudah mene-mukan makanan. Kalau menemukan makanan, semut api kembali ke sarang dengan berjalan lebih lambat dan tubuhnya dekat dengan tanah. Ia menonjolkan sengatnya pada interval tertentu dan ujung sengat menyentuh tanah seperti pensil menggambar garis tipis. Demikianlah semut api meninggalkan jejak yang menuju ke makanan.Bayangkan jika seorang manusia ditinggalkan di hutan yang tidak dikenal. Walaupun orang ini mengetahui arah yang harus dituju, ia akan kesulitan menemukan jalan yang tepat dan mungkin saja tersesat. Selain itu, ia juga harus melihat keadaan sekitar dengan hati-hati dan mem-pertimbangkan jalan mana yang terbaik. Namun, semut bertindak seolah-olah mengetahui benar cara menemukan jalan. Pada malam hari, mereka dapat menemukan dan mengikuti jalan yang mereka tempuh saat menemukan makanan pada pagi harinya, meskipun kondisinya berubah.