Kamis, 02 Desember 2010

Saat Maut Menjemput Penderita HIV Jelang Hari AIDS 1 Desember

Menjelang peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember besok,, seorang pasien pengidap HIV/AIDS menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Selasa (30/11/2010). Korban yang merupakan seorang pria berusia 47 tahun ini telah dirawat sejak tanggal 10 November lalu. Korban yang sudah mencapai tahapan AIDS itu tewas karena kekebalan tubuhnya sangat rendah dan rentan terserang berbagai penyakit.
Menghitung hari, saat AIDS sudah bersarang dalam tubuh penderita HIV

Menghitung hari, saat AIDS sudah bersarang dalam tubuh penderita HIV
Sebelum meninggal, korban menderita demam tinggi dan suhu tubuhnya tidak turun hingga ajal menjemputnya. Pria asal Buleleng ini langsung dibawa keluarganya untuk dimakamkan di kampung halaman. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan kasus HIV/AIDS di Bali sangat memprihatinkan, dan kini telah mencapai 7.000 orang pengidap virus ganas yang belum ditemukan obatnya ini. Tempat asal korban meninggal, Kabupaten Buleleng, merupakan wilayah demham kasus HIV/AIDS tertinggi kedua di Bali setelah Denpasar. Saat ini tercatat 799 orang mengidap HIV/AIDS di Buleleng, sementara di Denpasar mencapai 1.648 orang.
Tanggal 1 Desember ditetapkan sebagai Hari AIDS Sedunia. Konsep itu digagas pada pertemuan menteri kesehatan sedunia yang membahas program pencegahan AIDS pada 1988. Sejak saat itu, Hari AIDS mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia.
Spekulasi tentang asal geografis HIV, tampaknya kita tidak mengetahui secara pasti dari mana asalnya. Bagaimanapun juga virus tersebut bukan buatan manusia. Virus terkadang dapat berkembang dari keadaan tidak berbahaya menjadi berbahaya, hal itu juga bisa terjadi sebelum HIV tersebar dengan cepat. Laporan UNDP, negara di Afrika yang paling parah terserang AIDS adalah Zambia. Sebanyak 16,5 persen populasi penduduk dewasanya terjangkit HIV.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa anak-anak yang dilahirkan di Zambia pada 1999 bisa berharap hidup hingga usia rata-rata 47,6 tahun. Diprediksikan, 12 tahun kemudian, yaitu 2011 atau satu tahun lagi, anak-anak yang dilahirkan di negara itu hanya bisa hidup hingga umur rata-rata 32,7 tahun.
Disusul negara Zimbabwe. Seperempat total penduduknya sudah terinfeksi HIV. Data lain menyebutkan, kawasan selatan Sahara Afrika merupakan kawasan dengan penderita AIDS terbanyak. Sekitar 30 persen penderita AIDS dunia berasal dari kawasan itu dan tiga perempat kematian di dunia akibat AIDS berasal dari kawasan itu.
Data terbaru PBB, saat ini sekitar 40 juta manusia di dunia terjangkit penyakit AIDS dan lebih dari 20 juta orang tewas akibat penyakit ini. Diprediksikan, sekitar 5,2 juta orang penderita AIDS adalah anak-anak dan setiap harinya 14.000 orang terinfeksi virus HIV. Bukti-bukti menunjukkan bahwa kemiskinan dan ketertinggalan pembangunan memiliki korelasi dengan peningkatan jumlah keterjangkitan AIDS.
Data menunjukkan bahwa 95 persen penderita AIDS berasal dari negara dunia ketiga yang sebagian besar di antara mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pencegahan atau menjalani pengobatan akibat kemiskinan. Sejak ditemukan pada 1981, HIV/AIDS sudah membunuh 20 juta jiwa dan menginveksi 60 juta yang lain. Hasil penelitian Rapid Assesment & Response (RAR) yang dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Makasar, telah terjadi pergeseran paradigma dalam penularan HIV/AIDS, khususnya di kalangan remaja.

Anak-anak penderita HIV/AIDS yang tampung di pusat rehabilitasi AIDS Thailand

Anak-anak penderita HIV/AIDS yang tampung di pusat rehabilitasi AIDS Thailand
Semula penularan HIV/AIDS didominasi oleh hubungan seksual, terutama sexual behavior. Kemudian bergeser pada beberapa cara lain yang menyebabkan HIV dapat menyebar ke populasi umum, di antaranya melalui transfusi darah dan dari ibu dengan HIV positif kepada anaknya dalam kandungan atau segera sesudah lahir. Pemakai narkoba dan obat-obat terlarang terutama penggunaan jarum suntik.
Berdasarkan laporan KPA Kalsel, sampai Maret 2010 jumlah kasus HIV mencapai 118, dan AIDS 49 kasus/orang. Kabupaten Tanahbumbu merupakan wilayah tertinggi kasus HIV yakni 43 kasus dan AIDS 3 kasus, disusul Banjarbaru 28 kasus HIV dan 10 kasus AIDS. Kota Banjarmasin 21 kasus HIV dan kasus AIDS 18 kasus. Untuk kasus AIDS, Kota Banjarmasin menempati urutan tertinggi, yakni 18 kasus. Yang patut diapresiasi karena tidak adanya kasus HIV maupun AIDS adalah Kabupaten Tanahlaut dan Balangan.
Data pada Dinas Kesehatan Kalsel (2009), secara nasional total penderita AIDS di Kalsel berada di urutan 25 dari 33 provinsi. Saat ini jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 17.207 orang.
Konsep ABC
Dalam upaya penanggulangan AIDS/HIV yang penyebarannya sangat cepat, konsep ABC dianggap cukup efektif. A (abstinence atau pemantangan), artinya adalah memilih untuk tidak melakukan kontak seksual, khususnya bila belum menikah, karena kontak seksual sebelum nikah adalah zina dan dilarang oleh agama.
Kemudian memilih untuk setia dalam melakukan kontak seksual, hanya dengan satu pasangan, dengan istri atau suami saja be faithful (saling percaya) disingkat B. Dan C berarti condom use. Maksudnya, bagi mereka yang belum menikah hendaklah melakukan pemantangan khususnya dalam hubungan seks bebas.
Bagi yang sudah menikah perlu ada rasa saling percaya dan tidak usah ragu menggunakan kondom, karena kondom akan melindungi perempuan dari penularan AIDS. Tentunya, bukan kemudian melegalkan seks bebas. Konsep A berarti remaja yang belum menikah harus berani berpantang melakukan hubungan seksual, apalagi yang tidak aman. Jika tidak bersedia mengikuti konsep ABC, maka bersiaplah memasuki D atau death.
Selain konsep ABC, ada cara paling efektif untuk mengatasi epidemi HIV/AIDS, yaitu melalui pendekatan dari segi agama dan budaya. Dibutuhkan peran tokoh agama agar masyarakat tidak berani bersentuhan dengan penyebab HIV/AIDS. Selain itu, peran aktif masyarakat sipil dan media makin ditingkatkan.
Dengan demikian, akan terwujud program pengendalian HIV/AIDS yang terpadu dan komprehensif, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bangun dari ‘mimpi panjang’ untuk membangun kewaspadaan epidemi HIV/AIDS, jika tidak ingin terlambat





Tidak ada komentar:

Posting Komentar